Hidup yang Gembira, Seperti Apa?



Saat engkau tumbuh dan dewasa, engkau akan sadar bahwasanya yang paling penting bukan penampilan dari pasanganmu. Saat usia beranjak menua, yang terasa lebih penting adalah sikap, tanggung jawab, kesetiaan dan kejujuran. Pilihlah seseorang yang bisa menjaga dan merawatmu secara fisik, emosional, spiritual dan finansial.

Kadang orang lupa bahwa kebahagiaan itu tak hanya satu segi. Kesenangan lahir juga penting karena bagaimanapun manusia diberi jasad dan nafsu. Sedangkan nafsu memang cenderung pada keburukan namun bukan berarti ia harus dimatikan. Kalau nafsu mati, bagaimana engkau bisa birahi pada suami/istri? Jika nafsu mati, bagaimana engkau akan mensyukuri kesehatan, kenikmatan makanan, keindahan dunia? Dan sebagainya.

Yang perlu dilakukan sebagai manusia biasa adalah menjaga agar nafsu kita menjadi seperti difirmankan-Nya, "nafsu yang dirahmati Allah".

Kesenangan dunia memang melenakan. Kecuali kita sadar dan mengenal gerak-gerik nafsu kita sendiri. Kita sulit menyadari gerakan ke arah keburukan kecuali kita ingat Tuhan. Maka, ibadah, yang esensinya adalah mengingat Tuhan, sebenarnya melatih kita untuk sadar diri, sadar nafsu, sadar rasa, sadar pikiran, sadar perasaan. Intinya kenali diri secara jujur dan adil.

Kalau orang bisa demikian, segala kesenangan dunia yang dinikmati oleh nafsu kita akan tak lagi membahayakan. Kita boleh kaya namun kekayaan itu menjadi rahmat bagi diri  keluarga, dan orang lain. Atau kita mungkin miskin, namun kemiskinan tak membuat diri tak bersyukur, karena diri mengenali rahmat di balik kekurangan sehingga tak putus asa. Dan sebagainya. Diri akan lebih baik sikap dan perilaku, bertanggung jawab dan bersetia menjalankan amanah.

Kalau ingin hidup lebih gembira, kenali siapa diri kita. Kegembiraan yang penuh rahmat adalah pantulan dari kegembiraan surgawi. Orang seperti ini pada diri bagian dalamnya akan rileks, gembira, bercanda, tenang  walau diri bagian luarnya tampak pusing,  mikir cicilan, lelah bekerja, dan capek mengurus ini itu, misalnya. Yakinlah, yang tampak luar itu semua akan segera berlalu seperti debu diterbangkan angin, sementara diri bagian dalam, inti batin atau mata hati, akan selalu tenang dan gembira karena apa-apa yang ada di dalam dirinya, termasuk nafsunya, telah dirahmati Allah. Kira-kira seperti itu mblo. Wallahu a'lam.


Posting Komentar

0 Komentar