Ronda Malam Usir Pagebluk



Sudah sekitar seminggu, tiap malam warga kampungku mengadakan keliling kampung sambil membunyikan tabuhan kentongan, gong, beduk bahkan peralatan dapur pun tak luput digunakan sebagai alat musik dadakan. Dengan berkelompok warga berjalan kaki menyusuri jalanan dan gang-gang di sekeliling kampung. Suara alunan musik yang dipukul membuat suasana menjadi meriah tak ubahnya seperti ronda malam saat sahur tiba.

Mereka melakukan ini sebagai bentuk ikhtiar dalam 'mengusir' pagebluk (wabah) yang akhir-akhir ini melanda. Memang agak miris, belakangan ini banyak warga kampung yang meninggal dunia. Bahkan dua hari yang lalu dalam satu Dusun ada 4 orang lansia yang meninggal dunia dalam sehari. Belum lagi di dusun dan desa yang lain. Sehingga kondisi tersebut membuat suasana kampung menjadi mencekam, dihantui perasaan takut dan was-was. Inilah yang kemudian memotivasi warga untuk melakukan ronda dengan membunyikan tetabuhan tersebut.

Entahlah, sejak kapan tradisi membunyikan tetabuhan guna mengusir pagebluk itu muncul. Yang jelas, tradisi tersebut biasa dilakukan orang jaman dahulu saat terjadi wabah dan masih dilakukan generasi sekarang yang notabene generasi modern, jika mengalami keadaan yang sama.

Sepintas yang saya ketahui, sejarah adanya tradisi tersebut tidak lepas dari kepercayaan orang dahulu akan adanya makhluk jahat (Bethara Kala) yang selalu mengintai manusia untuk dijadikan korban. Sehingga tetabuhan itu dimaksud agar makhluk jahat tersebut takut dan pergi. Dan kalian para pembaca, boleh ikut percaya maupun tidak. Terserah kalian!

Namun dari itu semua, saya yang selama ini selalu mengedepankan logika dalam setiap hal, akan mencoba memandang dari sudut yang berbeda. Tradisi ini saya anggap baik dilakukan terlepas dari benar atau salahnya keyakinan masyarakat seperti yang saya uraikan di atas.

Justru yang masuk dalam logika saya adalah masyarakat jenuh dengan keadaan. Selalu dihantui perasaan takut dan was-was, yang akhirnya dapat membuat imunitas tubuh mengalami penurunan. Sehingga mereka butuh suasana baru yang menyenangkan, butuh hiburan untuk sekedar mengusir suasana yang mencekam. Sebagaimana pula kita ketahui bahwa hampir dua tahun belakangan ini masyarakat seakan terkekang segala aktifitasnya sejak pandemi Corona melanda. Mobilitas dan interaksi harus dibatasi, inilah yang membuat kita semua merasa jenuh dan sering bertanya kapan kondisi akan pulih kembali?

Jadi sebenarnya keyakinan dan logika itu beriringan. Tinggal bagaimana kita mengkombinasikannya. Bahkan menurut saya, keyakinan itu berada jauh diatas logika. Mungkin sesekali kita harus yakin dulu, masuk akal atau tidaknya urusan belakangan. Yang penting pada setiap kondisi yang itu memerlukan sebuah solusi, kita harus berusaha dan berikhtiar mendatangkan solusi itu dalam bentuk apapun, daripada hanya menggerutu dan meyalahkan keadaan.

Yang dilakukan warga adalah bentuk usaha yang tidak boleh disalahkan. Apalagi dalam kondisi yang serba membingungkan dan dalam ketidakjelasan maka orang akan  melakukan hal apapun. Barangkali mereka memiliki cara sendiri untuk mencari solusi agar selamat. Dalam bentuk ikhtiar yang berbeda-beda. Saya percaya pada sebuah kalimat 'tidak ada ikhtiar yang salah'.

Semoga pagebluk pandemi segera berlalu dan keselamatan selalu menyertai kita. Aamiin.


Sebuah coretan kecil dariku,
Gembes, 24 Agustus 2021




 

Posting Komentar

0 Komentar