NU Se-Abad dan Tetap Abadi

 


Sebagai anggota jamaah NU katutan (katut sama teman-teman) saya ikut gembira ormas ini bisa mencapai usia seabad. Saat remaja dulu, saya aslinya ga mudheng NU itu kayak apa dan gimana. Saya akui, dinamika pengkaderan di wilayah pelosok dulu tidak semassif sekarang. Walau sebenarnya 2005 yang lalu pernah ikut ngumpul-ngumpul dengan komunitas IPNU, cuma pemahaman saya tentang NU ya hanya sebatas saja. Dulu cuma tahu ormas ini kayak ada tentaranya. Setelah tahu eh ternyata itu sahabat Banser.

Pandangan saya berubah setelah ketemu teman-teman seperjuangan, sekitar 2017 lalu, saat diajak untuk ikut bergabung di organisasi pemuda Ansor. Sejak saat itu saya mulai aktif di organisasi kepemudaan dari ormas terbesar tidak hanya di Indonesia ini, bahkan di dunia. Sejak saat itu pula-lah, cara pandang saya berubah. Pada akhirnya saya semakin ke sini semakin ke sono, maksudnya makin mengenal lebih jauh ormas ini, saya masuk lebih dalam dan menjadi salah satu bagian dari NU.

Sedikit berpendapat saja, dalam ber-Islam kita harus memiliki satu pegangan keislaman yang jelas. Jika kita tidak memilikinya maka kita akan terombang-ambing pada banyak pemahaman yang justru akan menjerumuskan pikiran kita pada konsep ber-islam yang tidak jelas. Maka konsep pemikiran yang dibawa NU dalam prinsip beragama sangatlah relevan apabila kita pegang teguh dan kita terapkan. Kita tahu bahwa firqah (baca: cabang) dalam Islam itu banyak sekali. Ajaran Islam yang sebenarnya berasal dari sumber yang satu, yakni Allah dan RasulNya, makin ke sini makin banyak modifikasi dengan tipikal yang berbeda-beda. Tergantung pola ijtihad yang membawanya. Dan dalam pandangan saya hanya NU lah yang memiliki tipe ideal dalam berislam.

Menurut saya pula, NU bukan sekadar organisasi kemasyarakat Islam. Ormas ini sudah disebut sebagai sub kultur yang telah berkembang di Indonesia dengan nilai-nilai khasnya. Ia bukan sekadar umat muslim. Tapi umat yang punya nilai-nilai khas dalam masyarakat. Lebih dari itu, basis NU bukan hanya perorangan. Ia bukan kumpulan orang yang membentuk sebuah organisasi. NU adalah kumpulan dari pesantren-pesantren yang di dalamnya diajarkan ilmu agama secara mendalam. Dalam pesantren tidak hanya diajarkan nilai-nilai agama yang tekstual dan dogmatis. Tapi juga ilmu alat untuk mendalami agama.

Melihat basis NU dari pesantren ini, maka organisasi Islam di Indonesia ini tak hanya bisa disebut sebagai ormas Islam. NU telah menjadi school of thinking alias cara berpikir dengan tradisi keilmuwan yang telah dikembangkan hampir seratus tahun di negeri ini. NU adalah tradisi keilmuan. Mereka punya legitimasi keilmuwan, legitimasi massa, sekaligus legitimasi politik karena kebesaran dan pengaruhnya.

Akhirnya, saya tetap berharap semoga NU tetap ada sampai kapanpun dan tetap menjadi paku buminya negeri ini, bahkan menjadi inspirasi bagi dunia. Selamat menempuh Satu Abad NU!!!
 

Posting Komentar

0 Komentar