Baiklah dalam Berbuat, dan Berbuatlah Baik

 


Kalimat yang baik terkadang bisa menenangkan walau mungkin hanya sedikit. Tetapi kata-kata yang baik biasanya lebih disukai daripada kata-kata buruk yang menyakitkan hati. Dulu, dan sekarangpun masih, banyak orang rela membayar mahal untuk mendapatkan kata-kata baik dari motivator atau membeli buku yang berisi motivasi dan pesan kebaikan.

Berbagi kebaikan yang membuat hati sesama manusia menjadi senang, syukur-syukur mengubah orang menjadi lebih baik dan bahagia,  adalah tindakan yang disukai Tuhan, sehingga sampai-sampai dikatakan bahwa sekadar  "senyum pun itu sedekah."   

Namun terkadang kita heran juga bila melihat ada orang-orang yang mampu menyimpan kebencian kepada orang lain selama bertahun-tahun. Jika kita selama bertahun-tahun selalu jengkel, atau merasa sebal, atau ingin menghina dan "nyinyir" kepada  orang lain,  jangan-jangan hati kita sedang  digerogoti perlahan oleh kebencian; jangan-jangan kita hasud sejak dalam pikiran walau tak selalu kita ungkapkan karena takut kena sanksi sosial; jangan-jangan kita lebih senang sekali bila  orang yang tak kita sukai itu itu berbuat salah dan mendoakan dia diazab; jangan-jangan hati kita  jadi susah dan jengkel bahkan hanya ketika melihat wajah dan fisik orang itu. 

Orang yang mampu menyimpan kebencian selama bertahun-tahun adalah sasaran empuk untuk dipermainkan oleh orang yang lebih cerdas dan punya kepentingan entah itu politik, sosial atau ekonomi. Kita bisa saja berkata ke orang bahwa kita tidak membenci. Sangat bisa. Tetapi sebelum mengatakan itu, ada baiknya tengok dan tanya pada hati dan pikiran kita: Benarkah? 

Jika memang masih ada kebencian itu di hati walau tak selalu kita tampakkan ke orang lain,  ada baiknya akui itu ke diri dan akui dihadapan Tuhan lalu berdoa agar Tuhan menolong kita membersihkan rasa benci itu dan digantikan dengan rasa kasih sayang dan diberi petunjuk agar bisa lebih adil dalam pikiran, perbuatan dan tindakan. Tidak ada gunanya menipu diri sendiri dan Tuhan. Hanya diri kita dan Tuhan yang tahu apa-apa yang kita rasakan dan rahasiakan di hati dan pikiran. Jujur pada diri sendiri adalah awal pertobatan yang sesungguhnya. 

Jika kepada diri sendiri saja kita tega berdusta, apalagi kepada orang lain. 


Posting Komentar

0 Komentar