Pagi di atas Teluk

 


Pagi ini tepat dua minggu saya memulai pengabdian sebagai guru di sekolah baru setelah beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 30 Desember 2020 saya dan ratusan teman yang lain menerima SK dari pak Bupati, sebagai tanda bahwa kami sudah sah menjadi bagian dari Abdi Negara.

SDN 2 Craken tempat saya mengabdikan diri saat ini, memang sejak awal saya pilih yang kebetulan membuka formasi penerimaan guru. Jaraknya tidak begitu jauh dari rumah saya, sekitar 7 kilometer saja. Berlokasi di Desa Craken tepatnya di Dusun Ngadipuro. Dusun eksotis yang menyimpan ribuan cerita.

Jalur yang saya lalui pun terbilang enak. Dengan medan yang sedikit menantang, ini justru dapat memberikan satu gambaran kepada saya bahwa hidup ini harus ada keseimbangan, seperti medan yang saya lalui pagi ini, sedikit menanjak lalu diselingi juga dengan sedikit menurun. Seimbang bukan? Begitu juga dengan kontur jalan yang sudah beraspal sejak dua tahun terakhir ini membuat semua orang yang melalui jalur ini sedikit lega. Walaupun tidak teralu luas, jalan ke dusun Ngadipuro ini sudah beraspal hotmix. Beda dengan beberapa tahun yang lalu saat masih berlapis aspal bakar yang tiap terkena air hujan langsung mengelupas, butuh waktu lama untuk memperbaiki kembali.

Di sekeliling perjalanan, semua mata akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Ya, jalur menuju sekolahku tepat berada di atas batu karang. Tepian pantai yang didominasi batuan cadas dengan deburan ombak ciri khas pantai selatan yang garang. Namun batuan itu tetap berdiri kokoh walaupun tiap detik dihantam jutaan kubik ombak yang mengganas. Sepertinya batuan itu ingin memberikan satu pelajaran untuk kita bahwa sekeras apapun halangan dan rintangan dalam hidup ini harus dihadapi dengan tegar jangan pernah goyah sedikitpun, agar kita benar-benar menjadi pemenang.

Waktu tempuh saya dari rumah pun tidak terlalu lama. Hanya sekitar 15 menit saja. Waktu yang relatif singkat dibanding teman-teman yang lain dari luar kecamatan. Mereka harus menempuh jarak puluhan kilometer. Dengan waktu tempuh lebih dari satu jam. Sungguh perjuangan yang luar biasa. Tetap semangat ya kawans...

Setelah beberapa saat, saya lihat jarum jam tangan masih menunjukkan pukul 7 kurang seperempat. Masih ada sisa waktu saya melanjutkan perjalanan agar tidak terlambat. Jadi saya masih ada kesempatan beberapa menit untuk sekedar berhenti menikmati pemandangan luasnya laut selatan, sekaligus mencoba mencerna barangkali setelah melihat indahnya alam ini ada sedikit narasi tulisan yang dapat saya dramatisir.

Melihat ke arah selatan ada hamparan laut lepas yang seakan tidak ada ujungnya, sungguh seakan ada energi yang masuk kedalam diri. Energi positif yang mampu menumbuhkan spirit baru buat saya. Sekaligus memberikan pelajaran bahwa setiap orang harus memiliki pandangan yang luas. Layaknya luas samudera Hindia yang membentang di selatan itu. Ketika seseorang memiliki pandangan luas, ia akan mampu memberikan solusi pada setiap persoalan kehidupan. Ia pun akan membuka diri dari pendapat orang lain. Tidak egois. Persis seperti lautan yang selalu membuka diri bagi siapa saja, termasuk para nelayan yang mengais rejeki darinya.

Aku harus bergegas agar tidak terlambat. Kujeda dulu rayuan alam yang mempesona ini. Toh di pagi-pagi selanjutnya pun akan kuleweti kembali. Sembari mencari inspirasi agar aku kembali dapat mendramatisir suasana melalui rangkaian huruf dan kata-kata, seperti yang ku tulis dan yang kau baca saat ini.

Posting Komentar

3 Komentar