Pernikahan dalam Islam (3) : Rujuk

RUJUK

Rujuk adalah kembalinya suami kepada istrinya yang telah dicerai, bila istrinya masih dalam masa iddah.
Allah SWT. berfirman :
Artinya: “Apabila kamu menceraikan istri-istrimu lalu mereka menghendaki akhir iddahnya maka rujuklah mereka dengan cara yang baik pula.” (QS. Al-Baqarah : 231)

a. Hukum Rujuk

Hukum asal rujuk adalah boleh (jaiz), kemudian berkembang sesuai dengan keadaan yang menggiringi proses rujuk tersebut. Berikut rangkuman hukum rujuk:
1. Haram, apabila rujuk mengakibatkan kerugian atau kemadharatan di pihak istri.
2. Makruh, apabila bercerai lebih bermanfaat daripada rujuk.
3. Sunnah, apabila rujuk lebih bermanfaat dibanding meneruskan perceraian
4. Wajib, hukum ini dikhususkan bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu jika salah seorang dithalaq sebelum gilirannya disempurnakan.

b. Syarat dan Rukun Rujuk :

1. Untuk istri, apabila:
a. Sudah pernah dicampuri
b. Thalaq yang dijatuhkan adalah talaq raj’i
c. Dalam massa iddah

2. Untuk suami, apabila:
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Tidak dipaksa
c. Sighat/ucapan rujuk dari suami

Sighat rujuk yang diucapkan suami kepada istrinya bisa bernada tegas, dan juga bisa bernada sindiran. Untuk sighat rujuk dengan nada sindiran dibutuhkan niat, hingga benar-benar bisa dideteksi bahwa sang suami telah benar-benar meminta kembali istrinya.

d. Saksi dalam Masalah Rujuk

Saksi dalam rujuk sama dengan syarat saksi dalam thalaq, yaitu dua orang laki-laki yang adil.

e. Hikmah Rujuk

1. Rujuk akan mewujudkan ajaran kedamaian dalam Islam.
2. Rujuk akan menghindari pecahnya hubungan kekerabatan.
3. Rujuk akan menyelamatkan pendidikan anak-anak.
4. Rujuk akan menghindarkan diri dari gangguan jiwa.
5. Rujuk akan menghindarkan diri dari praktik dosa.
6. Rujuk   akan   kembali   menjadi   ladang   amal   suami   untuk   menunaikan kewajiban yang sempat ia tinggalkan sementara waktu akibat perceraian.

Posting Komentar

0 Komentar